Rabu, 25 Mei 2011

KUMPULAN PUISI SUTARDJI CALZOUM BACHRI


AYO

 
 Adakah yang lebih tobat
dibanding air mata
adakah yang lebih mengucap
dibanding airmata
adakah yang lebih nyata
adakah yang lebih hakekat
dibanding airmata
adakah yang lebih lembut
adakah yang lebih dahsyat
dibanding airmata
para pemuda yang
melimpah di jalan jalan
itulah airmata
samudera puluhan tahun derita
yang dierami ayahbunda mereka
dan diemban ratusan juta
mulut luka yang terpaksa
mengatup diam
kini airmata
lantang menderam
meski muka kalian
takkan dapat selamat
di hadapan arwah sejarah
ayo
masih ada sedikit saat
untuk membasuh
pada dalam dan luas
airmata ini
ayo
jangan bandel
jangan nekat pada hakekat
jangan kalian simbahkan
gas airmata pada lautan airmata
                          malah tambah merebak
jangan letupkan peluru
logam akan menangis
dan tenggelam
             dikedalaman airmata
jangan gunakan pentungan
mana ada hikmah
mampat
karena pentungan
para muda yang raib nyawa
karena tembakan
yang pecah kepala
sebab pentungan
memang tak lagi mungkin
jadi sarjana atau apa saia
namun
mereka telah
nyempurnakan
bakat gemilang
sebagai airmata
yang kini dan kelak
selalu dibilang
bagi perjalanan bangsa
 
OASE: Sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri
Republika edisi : 28 November 1999
BATU
batu mawar
batu langit
batu duka
batu rindu
batu janun
batu bisu
kaukah itu
                teka
                        teki
yang
tak menepati janji ?
Dengan seribu gunung langit tak runtuh dengan seribu perawan
hati takjatuh dengan seribu sibuk sepi tak mati dengan
seribu beringin ingin tak teduh.  Dengan siapa aku mengeluh?
Mengapa jam harus berdenyut sedang darah tak sampa mengapa gunung harus meletus sedang langit tak sampai mengapa peluk
diketatkan sedang hati tak sampai mengapa tangan melambai
sedang lambai tak sampai.  Kau tahu
 
batu risau
batu pukau
batu Kau-ku
batu sepi
batu ngilu
batu bisu
kaukah itu
                        teka
                teki
                yang
tak menepati
                janji ?

 
Memahami Puisi, 1995
Mursal Esten

BAYANGKAN
untuk Salim Said
direguknya
wiski
direguk
direguknya

bayangkan kalau tak ada wiski di bumi
sungai tak mengalir dalam aortaku katanya

di luar wiski
di halaman
anak-anak bermain
bayangkan kalau tak ada anak-anak di bumi
aku kan lupa bagaimana menangis katanya

direguk
direguk
direguknya wiski
sambil mereguk tangis

lalu diambilnya pistol dari laci
bayangkan kalau aku tak mati mati katanya
dan ditembaknya kepala sendiri
bayangkan

1977
JEMBATAN
 
Sedalam-dalam sajak takkan mampu menampung airmata
bangsa. Kata-kata telah lama terperangkap dalam basa-basi
dalam teduh pekewuh dalam isyarat dan kisah tanpa makna.
Maka aku pun pergi menatap pada wajah berjuta. Wajah orang
jalanan yangberdiri satu kaki dalam penuh sesak bis kota.
Wajah orang tergusur. Wajah yang ditilang malang. Wajah legam
para pemulung yang memungut remah-remah pembangunan.
Wajah yang hanya mampu menjadi sekedar penonton etalase
indah di berbagai palaza. Wajah yang diam-diam menjerit
mengucap
tanah air kita satu
bangsa kita satu
bahasa kita satu
bendera kita satu !
Tapi wahai saudara satu bendera kenapa sementara jalan jalan
mekar di mana-mana menghubungkan kota-kota, jembatan-jembatan
tumbuh kokoh merentangi semua sungai dan lembah
yang ada, tapi siapakah yang akan mampu menjembatani jurang
di antara kita ?
Di lembah-lembah kusam pada puncak tilang kersang dan otot
linu mengerang mereka pancangkan koyak-miyak bendera hati
dipijak ketidakpedulian pada saudara. Gerimis tak ammpu
mengucapkan kibarnnya.
Lalu tanpa tangis mereka menyanyi padamu negeri airmata kami.

 O
dukaku dukakau dukarisau dukakalian dukangiau
resahku resahkau resahrisau resahbalau resahkalian
raguku ragukau raguguru ragutahu ragukalian
mauku maukau mautahu mausampai maukalian maukenal maugapai
siasiaku siasiakau siasia siabalau siarisau siakalian siasia
waswasku waswaskau waswaskalian waswaswaswaswaswaswaswaswaswas
duhaiku duhaikau duhairindu duhaingilu duhaikalian duhaisangsai
oku okau okosong orindu okalian obolong o risau o Kau O...

GAJAH DAN SEMUT
tujuh gajah
cemas
meniti jembut
serambut

tujuh semut
turun gunung
terkekeh
kekeh

perjalanan
kalbu

1976-1979
IDUL FITRI
Lihat
Pedang tobat ini menebas-nebas hati
dari masa lampau yang lalai dan sia-sia
Telah kulaksanakan puasa ramdhanku,
      telah kutegakkan shalat malam
telah kuuntaikan wirid tiap malam dan siang
Telah kuhamparkan sajadah
Yang tak hanya nunu Ka'bah
tapi ikhlas mencapai hati dan darah
Dan di malam-malam Lailatul Qadar akupun menunggu
Namun tak bersua Jibril atau malaikat lainnya

Maka aku girang-girangkan hatiku
Aku bilang: Tardji rindu yang kau wudhukan setiap malam Belumlah cukup untuk menggerakkan Dia datang Namun si
bandel Tardji ini sekali merindu Takkan pernah melupa Takkan kulupa janjiNya Bagi yang merindu insya-Allah kan
ada mustajab Cinta

Maka walau tak jumpa denganNya
Shalat dan zikir yang telah membasuh jiwaku ini
Semakin mendekatkan aku padaNya
Dan semakin dekat
semakin terasa kesiasiaan pada usia lama yang lalai
        berlupa

O lihat Tuhan, kini si bekas pemabuk ini
ngebut di jalan lurus Jangan kau depakkan lagi aku ke trotoir tempat usia lalaiku menenggak arak di warung dunia
Kau biarkan aku menenggak marak cahayaMu di ujung usia

O usia lalai yang berkepanjangan
yang menyebabkan aku kini ngebut di jalan lurus Tuhan jangan Kau depakkan lagi aku di trotoir tempat dulu aku
menenggak arak di warung dunia

Maka pagi ini
Kukenakan zirah la ilaha illallah aku pakai sepatu siratal mustaqiem akupun lurus menuju lapangan tempat shlat ied
Aku bawa masjid dalam diriku Kuhamparkan di lapangan Kutegakkan shalat dan kurayakan kelahiran kembali di sana

NGIAU
Suatu gang panjang menuju lumpur dan terang tubuhku mengapa
panjang.Seekor kucing menjinjit tikus yang menggelepar
tengkuknya. Seorang perempuan dan seorang lelaki bergigitan.
Yang mana kucing yang mana tikusnya? Ngiau! Ah gang
yang panjang. Cobalah tentukan! Aku kenal Afrika aku kenal
Eropa aku tahu Benua aku kenal jam aku tagu jentara
aku kenal terbang. Tapi bila dua manusia saling gigitan
menanamkan gigi-gigi sepi mereka akan ragu menetapkan yang
mana suka yang mana luka yang mana hampa yang mana
makna yang mana orang yang mana kera yang mana dosa yang
mana surga.

PARA PEMINUM
di lereng lereng
para peminum
mendaki gunung mabuk
kadang mereka terpeleset
jatuh
dan mendaki lagi
memetik bulan
di puncak

mereka oleng
tapi mereka bilang
--kami takkan karam
dalam lautan bulan--
mereka nyanyi nyai
jatuh
dan mendaki lagi

di puncak gunung mabuk
mereke berhasil memetik bulan
mereka mneyimpan bulan
dan bulan menyimpan mereka

di puncak
semuanya diam dan tersimpan

WALAU
walau penyair besar
takkan sebatas allah

dulu pernah kuminta tuhan
dalam diri
sekarang tak

kalau mati
mungkin matiku bagai batu tamat bagai pasir tamat
jiwa membumbung dalam baris sajak

tujuh puncak membilang bilang
nyeri hari mengucap ucap
di butir pasir kutulis rindu rindu

walau huruf habislah sudah
alifbataku belum sebatas allah

1979

SEPISAUPI
sepisau luka sepisau duri
sepikul dosa sepukau sepi
sepisau duka serisau diri
sepisau sepi sepisau nyanyi
sepisaupa sepisaupi
sepisapanya sepikau sepi
sepisaupa sepisaupoi
sepikul diri keranjang duri
sepisaupa sepisaupi
sepisaupa sepisaupi
sepisaupa sepisaupi
sampai pisauNya ke dalam nyanyi
1973

  TRAGEDI WINKA & SIHKA
 Oleh: Sutardji Calzoum Bachri


 kawin
         kawin
                  kawin
                          kawin
                                        kawin
                                  ka
                              win
                           ka
                      win
                  ka
              win
          ka
    win
ka
    winka
            winka
                    winka
                            sihka
                                    sihka
                                            sihka
                                                    sih
                                                ka
                                            sih
                                        ka
                                    sih
                                ka
                            sih
                        ka
                    sih
                ka
                    sih
                        sih
                            sih
                                sih
                                    sih
                                        sih
                                            ka
                                                Ku 
Memahami Puisi, 1995
Mursal Esten

17 komentar:

  1. aku ingin tahu bagaiman sutardji bisa seperti ini,dan menciptakan banyak puisi

    BalasHapus
  2. puisi yang sangat mengandung makna luas dan cadas!

    BalasHapus
  3. Tak bosannya mengagumi karya2 Sutardji. Sayangnya entah sengaja ataupun tidak, saya melihat "typo" di beberapa bagian.

    BalasHapus
    Balasan
    1. tipo itu maksudnya bentuk rata kiri, rata kanan, ra tengah... itu yang dimaksud tipografi... banyak yang salah mengartikan tipo. Dan itu memang kesengajaan, mungkin beliau beraliran puisi mantra

      Hapus
  4. Apakah ada karya-nya yang berjudul "Kalian"?

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  6. Mengenak kehidupan sastra membuat kehidupan diri terasa indah. HCL 12-10-2016

    BalasHapus
  7. Sutardji memang luar biasa dalam membuat puisi. Dari saking luar biasanya saya sampai geleng geleng kepala tanda tak ngerti

    BalasHapus