Senin, 23 Mei 2011

PUISI DAN STRUKTUR PUISI

OLEH: DR. PRIMA GUSTI YANTI, M.HUM.

Pengertian atau batasan tentang puisi itu tidak hanya diperlukan oleh para ahli teori sastra, para guru sastra di sekolah, para pelajar yang sedang mendalami ilmu dan apresiasi sastra, tetapi juga bagi para penulis atau panyair. Bagi para ahli sastra, guru, dan murid, pengertian atau batasan puisi itu kegunaanya amatlah jelas, yaitu untuk landasan atau titik tolak kajian dan pemahaman puisi. Bagi para penyair, hal itu berharga karena akan membantu mereka dalam berkarya, dalam menentukan apakah suatu puisi yang tidak jelas struktur dan tujuannya. (M. Atar Semi. Anatomi Sastra. Jakarta : Angkasa Raya, hlm : 91).
Puisi : sintesis pelbagai peristiwa bahasa yang telah tersaring semurni-murninya dan pelbagai proses jiwa yang mencari hakikat pengalamannya, tersusun dengan sistem korespondensi dalam salah satu bentuk.     (Slamet Mulyana. 1956.)
Puisi : mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, diubah dalam wujud yang paling berkesan. (Rachmat Djoko Pradopo)
       ragam puisi: puisi epik, naratif, lirik, dramtik,  didaktik, satirik, romance, egi, ode, dan himne.
Puisi epik: puisi yang mengandung cerita kepahlawanan, baik kepahlawanan yang berhubungan dengan legenda, kepercayaan, maupun sejarah.
1. folk epik : nilai akhir puisi itu untuk dinyanyikan 
2. literaty epik: nilai akhir puisi itu untuk dibaca, dipahami, dan diresapi maknanya
       Puisi naratif: mengandung suatu cerita, dengan pelaku, perwatakan, setting, maupun rangkaian peristiwa yang menjalin suatu cerita.
       Puisi lirik: berisi luapan batin individual penyairnya dengan segala macam endapan pangalaman sikap, maupun suasana batin yang melengkapinya.
       Puisi dramatik : puisi yang secara objektif menggambarkan perilaku seseorang.
Puisi diktatik: mengandung nilai-nilai pendidikan yang umumnya tampil eksplisit.
       Puisi satirik : mengandung sindiran atau kritik tentang kepincangan atau ketidakberesan kehidupan suatu kelompok maupun suatu masyarakat.
       Romance: berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap sang kekasih.
       Elegi : ratapan yang mengungkapkan rasa pedih seseorang.
       Ode :  berisi pujian terhadap seseorang yang memiliki jasa ataupun sikap kepahlawanan.
       Himne: berisi pujian kepada Tuhan maupun ungkapan rasa cinta terhadap bangsa ataupun tanah air.
Struktur Puisi
       Pengertian struktur puisi : sebagai susunan wujud puisi yang dibentuk oleh konsentrasi dan intensifikasi.
Konsentrasi: segala pikiran, persoalan, kesan, dan semacamnya.
Intensifikasi: peralihan dari emosional menuju suasana yang puitis, dalam hal ini pencurahan dari bentuk syair.
       Konsentrasi  membentuk yang konkrit serta yang abstrak
       intensifikasi : membuahkan karya yang abstrak.
Menurut Dianie, struktur puisi terbagi dua bagian:
1. Abstrak : komunikasi, peranan dan fungsi
2. Kongkrit :gaya bahasa, musikalitas
Unsur abstrak : menilai langsung dari wujud sebuah karya puisi yang bersangkutan, melihat refleksi yang timbul pada diri si penikmat atau adanya situasi baru pada diri si penikmat atas dampaknya dari sebuah karya puisi.
Unsur kongkrit: pencipta/penikmat secara langsung melihat wujud puisi yang mempesona. Misalnya pesona dalam gaya bahasanya atau musikalitasnya.
Boulton, anatomi puisi  terbagi atas  bentuk fisik dan bentuk mental.
       Bentuk fisik : penampilan di atas kertas dalam bentuk nada dan larik puisi; termasuk ke dalamnya irama, intonasi, pengulangan, dan perangkat kebahasaan lainnya.
       Bentuk mental: tema, urutan logis, pola asosiasi, satuan arti yang dilambangkan, dan pola-pola citra dan emosi.
Kedua bentuk ini, yaitu bentuk fisik dan bentuk mental, terjalin dan terkombinasi secara utuh.
Bentuk fisik dan mental  dapat  dilihat sebagai satu kesatuan yang terdiri dari tiga lapisan.
       Lapisan bunyi:  lapisan lambang-lambang bahasa sastra. (bentuk fisik puisi)
       Lapisan arti: sejumlah arti yang dilambangkan oleh struktur atau lapisan permukaan yang terdiri dari lapisan bunyi bahasa.
       Lapisan tema: suatu “dunia” pengucapan karya sastra, sesuatu yang menjadi tujuan penyair, atau suatu efek  didambakan penyair. Lapisan arti dan tema merupakan bentuk mental
Menurut Aminuddin, Kemampuan apresiasi sastra: kemampuan memahami, menikmati, menghayati, dan memberikan penilaian terhadap karya sastra.
Proses apresiasi:  merupakan kegiatan yang bersifat individual, terkait dengan masalah kejiwaan yang selayaknya tumbuh dari dalam, terkait dengan masalah manusia, hidup, dan kehidupan.
Ahmadi mengatakan tujuan pengajaran sastra diberi lebel ”apresiasi” , memahami ,  menyenangi, meletakkan penghargaan dengan nilai yang tinggi, mengenal dan mengerti secara sopan, menjadi peka, menaksir dan menghargai secara kritis.
Asal kata bahasa Prancis apprecier ataupun appretiare, dan berakar pretium dari bahasa Latin yang berarti price atau ”harga”.
APRESIASI dapat dibagi dalam beberapa tingkatan:
       Tingkat menggemari, yang ditandai oleh adanya rasa tertarik dan ingin membaca buku cipta sastra
       Tingkat menikmati, yaitu mulai dapat menikmati cipta sastra karena mulai tumbuhnya pengertian
       Tingkat merespon atau mereaksi, mulai adanya keinginan untuk menyatakan pendapat tentang cipta sastra yang dinikmati, misalnya dengan: menulis resensi, berdebat dalam diskusi sastra, berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sastra
       Tingkat produktif, yaitu mulai ikut menghasilkan kritik dan terutama cipta sastra
Pengajaran sastra pada dasarnya mengembang misi efektif, yaitu memperkaya pengalaman siswa dan menjadikannya (lebih) tanggap terhadap peristiwa-peristiwa di sekelilingnya.
Tujuan akhirnya adalah menanam, menumbuhkan, dan mengembangkan kepekaan terhadap masalah-masalah manusiawi, pengenalan dan rasa hormatnya terhadap tata nilai baik dalam konteks individual, maupun sosial.
Tingkat evalusi pengajaran sastra dapat menggunakan model taksonomi Bloom
       Tes kesastraan tingkat ingatan : mengungkap kembali fakta, konsep, definisi, deskripsi, nama pengarang, nama angkatan, dll.
        Tes kesastraan tingkat pemahaman: menghendaki subjek didik membedakan, memahami, menjelaskan, tahu hubungan antara konsep dan lain – lain yang sifatnya sekedar mengingat. Misalnya : buatlah ringkasan novel, jelaskan perbedaan sonata dengan pantun. Jika berbentuk pilihan ganda, misalnya: kalimat di bawah ini merupakan kutipan dari novel X yang bergaya bahasa alegori adalah :a…b…c…dst.
       Tes kesastraan tingkat penerapan: menuntut subjek didik menerapkan pengetahuan teoritik ke dalam kegiatan praktis yang kongkret. Artinya subjek didik dituntut benar – benar untuk “memperlakukan” karya sastra secara nyata. Kemampuan aplikasi ini, antara lain berupa: mengubah, memodifikasi, mendemonstrasikan, dan menerapkan sesuatu hal.
Misalkan: mengoperasikan, dan menerapkan sesuatu hal. Misalkan: ubah wacana dari novel Belenggu di atas kedalam bentuk dialog, ubah tembang dari belenggu di atas ke dalam bahasa sehari – hari, tujukan gaya bahasa dari kedua kutipan tersebut”.
       Tes kesastraan tingkat analisis: subjek didik dituntut membaca karya sastra dan menganalisisnya, baik instrinsik maupun ekstrinsik.
Misalnya: jelaskan bagaimana pengarang mengembangkan alur dalam novel Layar Terkambang karya Sutan Takdir Alisyahbana, bagaimana perwatakan yang dibangun oleh pengarang cerpen Karna karya Bakdi Sumanto, jelaskan efektifitas bunyi yang digunakan dalam sajak Karta Iya Bilang Mboten karya darmanto Jatman. Jika berupa pilihan ganda: kutipan yang bergaya absurd di atas Nampak jelas pada novel: a…b…c…d…
       Tes kesastraan tingkat sintesis: subjek didik mengkategorikan, menghubungkan, mengkombinasikan, dan menalarkan hal – hal yang berkenaan dengan unsur – unsur karya satra. Misalkan: jelaskan bahwa antara tokoh Hasan dalam Atheis dan Hanafi dalam Salah Asuhan mempunyai persamaan, mengapa Maria dimatiakan dan justru Tuti yang dikawinkan dengan Yusuf dalam Layar Terkambang. Jika berbentuk pilihan ganda: secara structural, justru karya sastra di bawah ini berhipogram dengan Serat Ramayana: a…b…c… ..
       Tes kesastraan tingkat penilaia: subjek didik cermat mengevaluasi karya sastra, memberikan komentar dan alasan –alasan estetika. Misalkan tentang masalah ketepatan diksi, ketepatan alur, dll. Kemampuan berfikir evaluativ juga terkait dengan perbandingan antara karya sastra. Misalkan: jelaskan unsur – unsur kebaruan yang terdapat dalam novel telegram, mengapa puisi – puisi sutardji Calzoum Bachri tak dapat disamakan dengan puisi – puisi Rendra?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar